Kamis, 13 September 2018

Minecraft Pocket Edition


Mudah, sederhana dan kreatif adalah kata-kata yang pas untuk menggambarkan game Minecraft: Pocket Edition (PE). Serunya petualangan, mengumpulkan barang, dan membangun sesuatu kini hadir ke dalam genggamanmu. Game ini dibuat oleh Markus 'Notch' Pesson dan dikembangkan melalui perusahaan bernama Swedia Mojang. Game ini telah terjual sebanyak 60 juta copy pada tahun 2014 dan terus bertambah hingga sekarang.




Kalau kamu pernah mencoba versi pc, mungkin kamu akan menyadari bahwa dunia di PE ini lebih sempit dan musuh yang muncul lebih sedikit. Mungkin hal tersebut adalah bentuk penyesuaian dengan kapasitas perangkat mobile. Tetapi itu tidak menjadi masalah, karena Minecraft PE ini akan memberikan kesenangan bermain yang sama. Minecraft PE ini menghadirkan mode baru seperti Survival, Creative Mode, dan multiplayer game.

\Minecraft secara acak akan menciptakan suatu dunia yang terdiri dari batu, kayu, pasir, dan berbagai mineral lainnya. Warna balok yang berwarna-warni dibuat dengan gambar sangat sederhana tetapi cukup jelas. Dari balok-balok inilah pemain bisa menciptakan berbagai macam hal sesuai dengan imajinasinya. Fasilitas seperti inilah yang jarang sekali ditemukan di dalam game, yaitu kebebasan untuk menciptakan apa saja.




Di mode Survival, semua balok harus dipukul sampai hancur sebelum bisa diambil. Proses ini memerlukan waktu dan tenaga yang besar dan setiap material kemudian diangkut ke markas yang jaraknya mungkin jauh dari tempat mengambilnya. Hasil jerih payah inilah yang membuat rasa kepemilikan yang besar terhadap apa saja yang berhasil kumpulkan.

Di dunia minecraft terdapat waktu yang membedakan siang dan malam. Saat matahari terbenam maka mahluk-mahluk jahat akan bermunculan. Insting untuk menyelamatkan diri akan segera muncul dan membuat rumah atau benteng pertahanan adalah solusi terbaik untuk bertahan hidup.



Saat pemain mulai membangun berbagai macam benda, maka keperluan untuk mendapat material yang lebih bagus akan muncul. Satu-satunya tempat untuk mendapatkannya adalah dengan membongkar isi bumi. Di sini pemain juga akan menghadapi musuh yang sama seperti di atas bumi, tetapi ruang yang serba sempit akan menjadi tantangan tersendiri. Fasilitas yang sangat berguna di PE ini adalah kemampuan untuk melompat secara otomatis jika ada penghalang di depan.





Dunia Minecraft PE ini terkesan sangat sempit dibandingkan dengan versi PC dan XBox. Jika berjalan lurus ke satu arah, maka pemain akan segera menabrak dinding yang tidak terlihat. Fasilitas multiplayer yang disediakan mungkin tidak akan terlalu menarik karena para pemain akan terlalu berdekatan.

Proses pembuatan barang di Minecraft PE jauh lebih sederhana dari versi lainnya. Pemain cukup men-tap barang tertentu maka barang tersebut akan langsung berpindah ke kolom penyimpanan. Kontrol seperti ini sangat praktis dan cocok diterapkan untuk perangkat mobile.



Creative mode adalah permainan yang menyediakan material tidak terbatas untuk pemain. Jika pemain ingin membangun sesuatu, maka pemain tidak perlu bersusah payah mendapatkan material yang diperlukan. Mode ini sangat cocok untuk mencurahkan kreativitas karena pemain tidak perlu memusingkan bagaimana harus bertahan hidup.

Assassin's Creed Pirates



Waktu kecil dulu pasti teman - teman semua sering sekali bermain permainan bajak laut dengan sahabat, saudara, bahkan orangtua juga terkadang ikut menemani, apakah teman masih ingat saat itu.

Sekarang saya akan Review game yang berhubungan juga dengan permainan bajak laut, dan di game ini kita dapat merasakan bagaimana rasanya bermain bajak laut dan menjadi bos bajak laut, seperti saat dulu teman bermain dengan sahabat.

Game yang saya Review kali ini adalah Game Assassin's Creed Pirates, nama dari game ini sudah cukup terkenal dikalangan pemain - pemain game, tetapi mungkin saja teman masih belum mengetahui atau belum pernah dengan nama dari game ini.

Game Assassin's Creed Pirates ini adalah game tentang bajak laut dan kita adalah seorang bos dari kapal itu dan kitalah yang menggerakkan kapal tersebut di game ini kita akan merasa seperti bajak laut sungguhan.

Seperti layaknya bajak laut sungguhan, kita disini juga akan membajak kapal yang kita lihat ataupun perang dengan bajak laut lain dan saat - saat yang paling seru dalam game ini adalah saat kita perang melawan musuh atau saat membajak kapal lain.

Tentang Game Assassin's Creed Pirates

Game Assassin's Creed Pirates ini adalah game berlabel Laga di Google Play, karena game ini memang adalah permainan tentang bertempur di laut melawan musuh yang mendekat layaknya bajak laut sungguhan.

Game Assassin's Creed Pirates yang saya review kali ini adalah game dengan versi 2.9.1 dan versi ini diperbaharui tanggal 5 Juli 2016, diperlukan sistem android versi 4.0 keatas untuk dapat memainkan game ini, maka dari itu lihat juga spesifikasi smartphone teman sebelum mendownload game ini, agar tidak terjadi force close.

Game Assassin's Creed Pirates ini juga sangat banyak sekali memakan kuota data saat mendownload game ini, kita akan kehilangan lebih dari 814MB kuota data saat mendownload game ini, maka dari itu disarankan agar menggunakan wifi untuk mendownload game ini.

Game ini dikembangkan oleh pengembang bernama Ubisoft Entertainment, pengembang ini sudah banyak mengembangkan game, dan salah satu game yang dikembangkan adalah game Assassin's Creed Pirates ini.

Game Assassin's Creed Pirates ini sendiri sudah didownload sebanyak 10 Juta unduhan di seluruh dunia, itu adalah angka yang cukup besar apalagi ini adalah satu dari antara game  - game lain yang sudah dikembangkan oleh ubisoft entertainment.

Banyak sekali orang yang mengira bahwa game ini adalah game online tetapi saya katakan bahwa game ini dapat dimainkan secara Offline, dan saya sendiri selalu memainkan game ini dalam keadaan data seluler yang mati.

Game ini mudah sekali dimainkan dan sangat mudah bagi kita untuk mengetahui fitur - fitur yang tersedia di dalam game ini, mungkin karena memang fitur yang diberikan oleh game ini sangat mudah diketahui kegunaannya.


Oxenfree



Saat ini saya akan menyematkan predikat game thriller, horor, misteri, dan supernatural terbaik di tahun 2016 untuk Oxenfree. Buah karya Night School Studio yang dikembangkan sejak tahun 2014 ini berhasil membuat saya terpesona dengan banyak hal di dalamnya. Menurut saya, Oxenfreemerupakan langkah awal terbaik bagi studio yang baru saja menelurkan satu buah game ini.

Pertama kali mendengarnya, kamu mungkin merasa sangat asing dengan judul game ini. Namun kalau kamu sudah memainkannya, maka saya yakin nama Oxenfree justru akan terpatri kuat dalam ingatanmu. Setidaknya itu yang terjadi pada saya.

Sutradara penentu ending drama remaja



Apa yang barusan saya mainkan? adalah impresi awal saya setelah menyelesaikan Oxenfree dalam kurun waktu enam jam. Agak sulit bagi saya mencerna cerita dalam game ini.

Oxenfree menempatkan kamu sebagai Alex, remaja perempuan yang baru saja kehilangan kakak kandungnya, Michael, serta melalui perceraian kedua orang tuanya. Sang ibu kemudian menikah kembali dan ia dihadapkan kepada situasi canggung dengan saudara tiri barunya bernama Jonas.

Ren, sahabat masa kecil Alex, menyadari kondisi pelik tersebut. Ia berinisiatif membawanya berpesta ke Pulau Edward. Alex menerima ajakan tersebut dan ia mengajak Jonas bersamanya. Di sana mereka bertiga berjumpa dengan Nona dan Clarissa. Nona adalah gadis yang ditaksir oleh Ren, sedangkan Clarissa merupakan mantan kekasih Michael sekaligus teman karib Nona.
Ya, Oxenfree tidak sekadar mengajakmu untuk memecahkan misteri yang terjadi di pulau Edward. Penggerak utama cerita di game ini adalah hubungan antara kelima remaja ini. Kamu akan berperan sebagai sutradara yang mengarahkan bagaimana drama para remaja ini akan berakhir. Happy atau bad ending? Semua berada di tanganmu.


Narasi interaktif dengan cerita yang tersirat



Yang menjadi keunikan Oxenfree adalah narasinya. Elemen ini disajikan sebegitu rupa sehingga pemain hanya bisa menangkap inti cerita melalui interaksi antar karakter. Kamu cukup menyeleksi kata-kata yang akan dikeluarkan Alex saat berinteraksi. Secara tidak langsung, hal ini juga akan membentuk kepribadian Alex sesuai kata-kata yang kamu pilih.

Penulis Oxenfree berhasil menunjukkan kelasnya. Skrip dialog karakter benar-benar terasa nyata. Walau cukup banyak kosakata yang mungkin hanya bisa dipahami bagi kamu yang sudah terbiasa berkomunikasi dengan orang asing, cerita yang disajikan melalui interaksi antar karakternya terasa intens.


Berbicara mengenai gameplay, jangan harap adanya sistem kustomisasi senjata semacam Resident Evil di Oxenfree. Alex hanya bersenjatakan sebuah radio yang bisa kamu putar pada frekuensi tertentu. Mekanisme ini bertujuan untuk membuka komunikasi dengan makhluk supernatural yang muncul di beberapa tempat.

Menariknya lagi, radio ini juga bisa mengiringi petualangannya dengan musik yang mengingatkan saya akan era peperangan di film-film zaman dulu. Tidak hanya itu, developer ternyata menyembunyikan rahasia dalam radio.

Game dengan pengisi suara terbaik



Satu faktor lain yang membuat Oxenfree terasa hidup adalah para pengisi suaranya. Sebagai penggemar game maupun anime Jepang, ini pertama kalinya saya akui bahwa industri game Barat ternyata memiliki talenta pengisi suara yang berkualitas.

Momen saat saya terpana menyaksikan betapa hebatnya akting pengisi suara Eren di anime Attack on Titan terulang dalam Oxenfree. Setelah memainkannya, saya rasa Oxenfree adalah game yang memiliki kualitas sulih suara tinggi, di atas beberapa visual novel Jepang yang hanya menjadikan suara sebagai nilai jual karakter moe.

Presentasi yang menawan dan mencekam




Visual di Oxenfree merupakan salah satu yang terbaik di awal tahun ini. Dunia dalam Oxenfree terkesan seperti lukisan. Sang artis utama yang juga merupakan alumnus Disney senantiasa berhasil membuat saya takjub dengan dunia yang ia ciptakan. Tidak bosan-bosannya saya menjelajahi beberapa sudut tempat hanya untuk menikmati lingkungan dan memanjakan mata saya.

Desain karakternya juga cukup sukses menarik penggemar, terbukti dari cukup banyaknya fanart yang bermunculan di Tumblr milik Night School Studio dalam waktu beberapa hari setelah game ini dirilis. Saya pribadi menyukai desain karakternya karena sekilas mirip dengan seri kartun Disney seperti Kim Possible.

Berbicara mengenai makhluk supernatural dalam Oxenfee, setidaknya beberapa kali saya dibuat kaget karena kemunculan tiba-tiba makhluk ini seiring dengan efek suara yang membuat jantung berdetak kencang. Permainan transisi layar juga dieksekusi dengan hebat. Developer cukup berhasil mendesain atmosfer permainan yang  mencekam.

Salah satu yang cukup berperan dalam menciptakan kengerian Oxenfree adalah musik pengiringnya. Bisa saya bilang, musik gubahan scntfc cukup berhasil menggambarkan situasi yang dialami oleh Alex dan kawan-kawan. Tapi tidak cukup untuk membuat saya merasa memorable dengannya.


Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas



Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas sengaja dipendam cukup lama sebelum review ini dibuat. Alasan utamanya adalah untuk memperkenalkan format baru review kami dan kedua agar saya benar-benar mendapatkan “feel” dari game ini.

Ini saya rasa penting karena game ini mendapat sorotan dari berbagai media sebagai kloningan Zelda sehingga dalam berbagai review (termasuk reviewini) Oceanhorn terus disejajarkan dengan Zelda. Menurut saya ini merupakan hal yang sebenarnya tidak adil namun sang developer tentunya sudah mengetahui resiko seperti ini semenjak mereka memutuskan untuk membuat game dengan tema Zelda.

Lalu bagaimana dengan Oceanhorn? Apakah ini kloningan dari Zelda? Dari segi gameplay iya, tapi dari segi kualitas konten keduanya masih berada dalam level yang berbeda (dengan Zelda yang lebih unggul tentunya).

Namun kali ini saya tidak akan banyak membandingkannya dengan Zeldakarena dua hal: Zelda tidak tersedia di mobile (yang berarti ini adalah gametermirip Zelda yang bisa kamu dapatkan) dan yang kedua karena developer game ini berhak mendapatkan review yang tidak dibayang-bayangi oleh game sebesar Zelda.

Gameplay

Oceanhorn dibuka dengan alunan musik yang slow dan sedikit sedih. Tidak lama setelah itu kamu pun akan melihat sebuah penggalan cerita dimana karakter utama kita yang sedang tidur ditinggal oleh ayahnya.

Kamu akan bangun keesokan harinya dan menemukan bahwa sang ayah telah pergi dan hanya meninggalkan kalung ibu kamu dan sebuah jurnal. Dari sini kamu akan mulai menjelajah dunia Oceanhorn yang luas dan mencari tahu alasan kepergian sang ayah. Ceritanya memang tidak terlalu menarik namun cukup sebagai modal awal dari game ini.


Oceanhorn bisa dibilang mengikuti pola gameplay Zelda dan juga ribuan game action adventure lainnya dimana kamu akan berbicara dengan NPC, melakukan eksplorasi, menyelesaikan puzzle, melawan musuh, naik level dan kembali berulang terus menerus. Namun semuanya dibuat dalam tahap kasual sehingga dapat dinikmati oleh semua golongan pemain. Saya bilang kasual karena baik puzzle dan sistem fighting dari game ini pun terbilang mudah dan tidak rumit.

Kamu biasanya hanya perlu menekan tombol untuk membuka sebuah platform atau puzzle ringan seperti mendorong box dengan urutan yang benar. Bagi pemain game action adventure hardcore, puzzle ini akan sangat terasa hambar. Kadang teka-teki yang ada sudah sangat jelas terlihat cara penyelesaiannya tetapi kadang perlu sedikit memutar otak.

Sistem pertarungannya pun terbilang cukup menyenangkan walaupun tidak pernah menjadi bagian penting dari game ini. Kamu akan diberikan tombol serang dan juga tombol bertahan. Seharusnya keduanya dapat digunakan secara taktikal namun cara terbaik untuk mengalahkan musuh adalah dengan memukul pertama kali dan terus menyerang sampai musuh mati.

Memang terkadang kamu harus menggunakan shield namun itu dalam kasus tertentu saja. Selain musuh biasa kamu juga tentu saja harus melawan boss. Tetapi saya merasa boss dalam game ini tidak terhitung sulit dengan catatan kamu mengetahui bagaimana cara boss tersebut menyerang dan memanfaatkan kelemahannya.


Desain map dan dungeon dalam game ini terbilang baik. Walaupun kamu bisa merasakan bahwa kotanya cukup kecil namun untungnya tidak dengan dungeon. Tidak seperti game mobile lainnya, dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear atau setidaknya tidak terasa linear. Kamu juga tidak akan menemukan terlalu banyak bagian dari game ini yang mengharuskan kamu untuk kembali ke titik awal hanya untuk membuka pintu setelah mendapatkan kunci di ujung map/dungeon yang mana sangat saya benci.

Tidak seperti game mobile lainnya dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear.

Eksplorasi kota juga sebenarnya cukup menyenangkan. Kamu dapat melihat bahwa lingkungan tidak dibuat dalam sebuah tingkatan yang sama, kamu akan selalu menemukan tangga atau turunan dan berbagai jalan tikus.

Sepanjang waktu kamu akan dibuat bertanya-tanya bagaimana saya mencapai tempat tersebut padahal nampaknya tidak ada jalan sama sekali. Di sinilah kamu akan dipaksa oleh game ini untuk menjelajah setiap tempat dan mencoba berbagai macam cara mulai dari memasang bom sampai dengan menebas secara gila-gilaan dan berharap sesuatu terjadi.

Hal inilah yang membuat saya kembali merasakan nostalgia dengan tipe-tipe game zaman dulu yang kurang lebih mempunyai pola yang sama dengan Oceanhorn. Tidak ada yang namanya point biru menyala dalam map yang akan memberitahukan kamu harus kemana atau waypoint. Semua harus kamu cari tahu dan jelajah sendiri. Walaupun sebenarnya cukup jelas jika kamu benar-benar menyimak jalan cerita gamenya.

Lara Croft GO



Square Enix Montreal, studio game di balik kehadiran game mobileberkualitas seperti Lara Croft: Relic Run dan Hitman GO, baru-baru ini merilis sebuah karya baru berjudul Lara Croft GO. Game terbaru tersebut tidak hanya memiliki kemiripan judul dengan karya-karya mereka terdahulu, namun juga mempunyai gameplay yang mengingatkan saya pada keduanya.

Eksistensi Lara Croft GO telah menyita perhatian saya sejak pertama kali diperlihatkan pada ajang E3 2015 bulan Juni lalu. Keindahan grafis, keluwesan animasi, serta musik latar yang seolah menghipnotis membuat saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap game ini. Apakah harapan tersebut dapat terjawab dengan baik? Mari mengikuti pengalaman saya yang telah menamatkan Lara Croft GO di bawah ini.






Familier tetapi Berbeda di Waktu yang Sama

Bagi saya yang telah memainkan Lara Croft: Relic Run dan Hitman GO, tampilan dan gameplay Lara Croft GO langsung terasa begitu familier. Saya dapat mengendalikan sang Tomb Raider semudah pada game endless runner Lara Croft: Relic Run, namun dikemas dengan tampilan dan gameplay yang menjadi ciri khas Hitman GO.

Bicara mengenai gameplay, Square Enix Montreal pernah menyebutkanbahwa desain Lara Croft GO dibuat berdasarkan Hitman GO yang telah mereka rilis tahun lalu. Sehingga tidaklah mengherankan bila petualangan Lara menginvasi tempat keramat di sini terlihat mirip dengan aksi Agent 47 dalam Hitman GO.




Simpel Sekaligus Menantang

Tidak sulit untuk memahami apa yang harus dilakukan Lara di setiap level. Apabila Agent 47 memiliki variasi misi pada setiap level yang ia lewati di Hitman GO, maka tujuan Lara di sini hanya satu yaitu mencapai titik finis. Ia harus melewati berbagai musuh serta memecahkan serangkaian puzzleuntuk mencapai tujuan akhir.

Lara Croft GO memiliki premis yang berbeda dari game Tomb Raider lain. Apabila seri Tomb Raider di console maupun PC menitikberatkan pada elemen action yang dibumbui dengan puzzle, maka Lara Croft GO di platform mobile justru memiliki gameplay sebaliknya. Sebagian besar waktu saya dihabiskan dengan memutar otak untuk menyelesaikan puzzle dengan sedikit bumbu aksi Lara mengalahkan para monster.

Permainan berlangsung dengan sistem turn-based. Lara dapat berjalan, melompat, hingga bergelantungan ke mana pun sesuai dengan lintasan yang telah ditetapkan. Setiap kali ia selesai melangkah, maka semua objek maupun makhluk di level baru akan melakukan pergerakannya.

Sistem ini membuat saya harus pintar mengantisipasi pergerakan monster maupun objek di setiap level. Mirip permainan catur, saya dituntut untuk membayangkan dinamika level beberapa langkah ke depan sebelum mengambil keputusan akan bergerak ke mana. Salah mengambil langkah dapat menyebabkan Lara tewas, atau puzzle menjadi tidak terpecahkan yang hanya dapat diperbaiki dengan mengulang level kembali.


Monument Valley (Series)



Bagi kamu penggemar games puzzle, pasti tidak asing dengan nama Monument Valley. Ya, games yang terpilih sebagai Apple Game of the Year tahun 2014 ini sedang promo menjadi gratis! Kamu dapat mengunduh games dengan harga normal $3.99 ini secara cuma-cuma dalam waktu promonya. 

Untuk kamu yang belum pernah bermain, mari kita bahas sedikit tentang games ini. Monument Valley adalah games puzzle dengan basis cara bermain sentuhan layar untuk mencari jalan menuju titik akhir setiap levelnya. Karakter kamu adalah Ida, seorang putri yang pendiam dan sedang mencari sesuatu di balik alam bawah sadarnya.

Bantu Ida untuk terus melanjutkan perjalanan fantasinya dari satu level ke level berikutnya. Setiap level punya cara yang unik dan berbeda untuk membuat kamu berpikir lebih jauh tentang perspektif yang harus ditemukan dan mendapatkan jalan baru. Ya, terkadang kamu harus menekan sebuah sudut bangunan dan memutar atau mencari jalan yang tidak terpikir bahwa itu bisa dilewati.





Selain kendali yang mudah, mode perspektif bangunan yang sering membuat kamu kagum, suara latar belakang di games ini juga sangat seru! Bahkan ustwo menyarankan kamu untuk menggunakan headphone guna menikmatinya lebih dalam dan sempurna.

Sebagai tambahan, Monument Valley ini games premium yang bebas iklan. Kamu bisa bermain dengan tenang tanpa terganggu embel-embel iklan atau hal sejenisnya. Ada satu fitur in–app purchase yang tersedia pada pembaruan kali ini yaitu Forgotten Shores untuk membuka 8 level tambahan.

Segera unduh Monument Valley dan untuk iPhone dan iPad lalu selamat bermain ya! Bagikan artikel ini kepada teman atau keluarga kamu agar mereka juga dapat turut mengunduh Monument Valley segera.



Asphalt 9: Legends



Berbicara tentang game balap bertema arkade berarti tidak jauh dari yang namanya seri Asphalt. Seri game buatan pengembang Gameloft ini bisa dibilang hampir tidak ada tandingannya. Alasannya mungkin karena pengembang lain malas untuk melawan kepopuleran seri Asphalt sendiri atau mungkin saja di masa sekarang, game balap yang banyak dicari adalah game balap yang arahnya lebih ke simulator dibanding arkade.



Arkade Yang Tidak Ada Duanya



Asphalt 9: Legends benar-benar diharapakan untuk hidup sesuai namanya, menjadi sebuah legenda. Seperti halnya seorang legenda yang mempunyai ciri khas dibandingkan dengan hal normal lainnya, Asphalt 9: Legends juga memberikan pengalaman memainkan game arkade yang baru, yang bisa menahan kita semua untuk tidak berpaling dari game yang satu ini lewat sederetan mobil cantik yang tidak ada duanya.

Sedari awal saya bermain, saya disuguhi oleh kecantikan pemandangan yang diberikan. Bagaimana mobil yang saya kendarai menembus ombak, melompat ke arah kapal karam, dan melompati jurang yang luar biasa besar. Tidak berhenti sampai disitu saja, ketika menabrak mobil lawan, akan ada serpihan kecil disana-sini yang bertebaran menimbulkan kesan nyata di sebuah game fantasi.

Permainan akan dimulai ketika kamu membawa sebuah mobil awal yang ada di kelas D. Itu berarti kelas yang paling bawah dan jujur saja, performanya tidak begitu baik. Tugasmu untuk mencari mobil lainnya yang bisa membawamu menuju ke puncak popularitas. Untuk itu kamu harus mendapatkan uang dan membuka beberapa blueprint.

Uang nantinya akan digunakan untuk menaikkan performa mesin dari mobil yang kamu gunakan untuk balapan. Sedangkan mengumpulkan blueprint tujuannya adalah untuk membuka mobil baru lagi yang diharapkan bisa mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan mobilmu sebelumnya.




Superbrothers: Sword and Sworcery EP


Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya bermain game multiplayer tapi sendirian? Tentu saja hal tersebut mustahil dilakukan, kecuali jika kita memiliki mesin waktu.

Karena menciptakan mesin waktu di dunia nyata sekarang ini sepertinya cukup mustahil untuk dilakukan, satu-satunya solusi untuk mewujudkan hal ini adalah dengan membuat mesin waktu di dalam game. Itulah apa yang Capybara Games berhasil wujudkan melalui Super Time Force Ultra.

Super Time Force Ultra sendiri sebenarnya merupakan versi baru dari Super Time Force yang telah dirilis eksklusif untuk Xbox 360 dan Xbox One pada bulan Mei 2014. Berbagai hal baru telah disiapkan Capybara untuk Super Time Force Ultra seperti karakter-karakter unik dan eksklusif baik untuk Steam maupun untuk versi PS4 dan PS Vita.

Kira-kira bagaimana cara kerja dari mekanisme sangat unik yang ada di game ini? Dan apakah mekanisme gameplay tersebut hanya gimmick saja atau merupakan sebuah bagian fenomenal dari Super Time Force Ultra? Temukan jawabannya di bawah ini.




Bermain Takdir dengan Cara yang Konyol

Super Time Force Ultra memiliki cerita yang amat sangat konyol dengan kualitas penulisan skrip yang dijamin bisa membuat kamu tertawa terbahak-bahak. Mulai dari alasan kamu memasuki sebuah level, dialog-dialog yang ada antara karakter, sampai ke penamaan karakter sekalipun dibuat dengan niat untuk menyiksa perutmu sampai keram karena tertawa.

Tentu saja untuk developer sekelas Capybara yang telah menghasilkan game berkualitas seperti Superbrothers: Sword & Sworcery EP,mereka tidak akan begitu saja membuat cerita tentang time travel tanpa menerapkannya sama sekali ke game. Bermain dengan waktu adalah elemen utama dari Super Time Force Ultra, dan tanpa memanfaatkannya dijamin kamu tidak akan bisa menyelesaikan level pertama dari game ini sekalipun.

Sebagai anggota dari T.I.M.E. yang merupakan organisasi “pelindung” kekacauan waktu, kamu harus mengubah berbagai sejarah demi kepentingan pribadi bos kamu yang dipanggil Commander 

Repeatski. Beberapa misi yang ada antara lain adalah menyelamatkan dinosaurus dari kepunahan karena dinosaurus itu keren atau pergi ke masa depan untuk mencuri seluruh update yang ada di internet dari kantor Googloplex.


Satu Menit, Satu Nyawa, Jutaan Kemungkinan

Dalam Super Time Force Ultra kamu akan disajikan dengan delapan zaman yang masing-masing terdiri dari empat level. Setiap zaman memiliki desain dan serangan musuh yang disesuaikan dengan era yang menjadi latar.

Kamu akan disediakan waktu sepanjang satu menit untuk menyelesaikan sebuah level yang jelas butuh waktu lebih lama dari itu. Untungnya kamu juga akan diberikan kesempatan untuk memundurkan waktu sebanyak tiga puluh kali. Kesempatan ini bisa kamu tambah dengan mengumpulkan beberapa objek yang tersebar di level.

Selain hanya disediakan satu menit, karakter kamu juga hanya akan memiliki satu nyawa saja. Jadi, sekali saja kamu terkena serangan musuh, maka karaktermu akan mati. Dengan banyak dan kuatnya musuh yang tersebar di level, hal ini membuat tantangan dalam Super Time Force Ultra lebih susah lagi. Di sinilah kemampuanmu untuk mengembalikan waktu kembali bersinar, karena kematian yang berulang-ulang memang hanya sepotong kecil dari keseluruhan gameplay Super Time Force.


Tentunya kematian yang pernah menimpamu tidak akan menjadi sesuatu yang sia-sia. Setiap kali kamu memundurkan waktu, karakter yang kamu kendalikan di waktu sebelumnya masih akan tetap muncul sebagai bayangan dan kerusakan yang mereka lakukan tetap akan memiliki dampak. Artinya semakin banyak kamu memundurkan waktu, semakin ramai juga layar dengan ledakan-ledakan dan kerusakan.

Secara teori hal ini mungkin terdengar membingungkan, tapi begitu dipraktekkan … yah hal ini masih tetap membingungkan sih. Dengan adanya fitur seperti ini, berbagai hal yang sangat unik bisa saja terjadi, mulai dari waktu yang tersisa tinggal enam detik untuk mengalahkan bos yang susah, ataupun perasaan penuh deg-degan karena terbatasnya jumlah pengulangan waktu kamu meskipun mati berkali-kali adalah hal yang wajar.

Kombinasi dari gameplay dengan tempo yang begitu cepat namun menuntut pengaturan strategi ini membuat Super Time Force Ultramenjadi sebuah pengalaman aneh gabungan dari action, puzzle, dan platformer.

Kamis, 30 Agustus 2018

Review Counter Strike – Global Offensive: Hadirkan Atmosfer Klasik yang Kental!



Anda tidak bisa disebut sebagai seorang PC gamer jika belum pernah memainkan Counter-Strike sebelumnya. Mod dari franchise game FPS fenomenal Half-Life dari Valve ini memang harus diakui fenomenal. Tidak hanya muncul sebagai standar untuk game-game military shooter yang lahir setelahnya, Counter Strike juga lahir sebagai salah satu game kompetitif level professional yang paling sering dipertandingkan di masa lalu. Popularitasnya memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan sempat membuat industri game centre Indonesia kembali bergairah karenanya. Kini setelah penantian yang cukup lama setelah versi terakhirnya – Source, Valve akhirnya merilis seri terbaru – Counter Strike: Global Offensive.
Counter Strike – Global Offensive sendiri tetap dibangun dengan menggunakan engine Source, namun dengan versi yang sudah lebih disempurnakan. Hal ini tentu saja membuatnya datang dengan visualisasi yang boleh dikatakan setara dengan franchise game serupa yang dirilis saat ini, dengan desain karakter dan setting yang juga lebih baik. Uniknya, bagi para gamer yang sempat mencicipi game ini di masa lalu, kehadiran seri terbaru ini tidak lantas membuatnya berbeda dan “asing”. Kami bahkan sempat mengutarakannya di preview kami sebelumnya, bahwa untuk sebuah alasan yang jelas dan kuat, Counter-Strike: Global Offensive ini justru akan lebih meninggalkan kesan nostalgia yang lebih kentara dibandingkan terasa menikmati sebuah game yang benar-benar baru. Semua elemen baru yang ia tawarkan seolah didesain untuk memperkuat hal tersebut.
Lantas, bagaimana performa Counter Strike: Global Offensive? Apakah Valve mampu meracik seri terbaru ini dengan sensasi yang membuatnya lebih sempurna dibandingkan seri-seri Counter Strike sebelumnya? Atau ia akan tampil sebagai sebuah blunder yang fatal? Review ini akan mengupas CS: GO lebih dalam untuk Anda.


It’s Still the Same Old Counter-Strike!
Counter Strike: Global Offensive mampu menampilkan kesan yang kuat bahwa ia tetap menjadi seri CS klasik yang selama ini kita kenal, walaupun datang dengan tampilan yang jauh berbeda.
Mengapa kita tidak membicarakan plot tentang game yang satu ini seperti review-review game lain yang sempat dirilis oleh Jagat Play di masa lalu? Karena pada dasarnya, Valve tidak memuat mode single player dengan basis cerita untuk Counter Strike: Global Offensive (CS: GO) sama sekali. Ia dihadirkan sebagai sebuah game MMOFPS, yang lebih berfokus pada pengalaman multiplayer yang kompetitif. Mekanisme gameplaynya sendiri tidak banyak berbeda dibandingkan seri-seri Counter Strike sebelumnya, dimana Anda akan berperan sebagai Counter-Terrorist maupun Terrorist dan terlibat dalam sebuah perang epik untuk memastikan kemenangan kubu masing-masing. Map yang disediakan juga masih akan datang dengan misi uniknya masing-masing, walaupun sebagian besar berkisar seputar bomb detonation dan hostage rescue.
Satu yang unik dari CS: GO, terlepas dari tampilannya yang kini berubah jauh lebih baik, ia masih memancarkan aura CS klasik yang begitu kental. Jika Anda pernah memainkan seri CS di masa lalu, maka Anda akan langsung mendapatkan perasaan familiar yang begitu kental ketika memainkan seri terbaru ini. Apa sebab? Kehadiran beberapa map ikonik di masa lalu mungkin menjadi salah satu elemen yang akan meninggalkan kesan pertama tersebut kepada Anda. Map-map klasik seperti Dust, Dust 2, Italy, Inferno, Train, hingga Aztec dihadirkan dengan bentuk rancang yang masih sama, seperti yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, bukan berarti Valve tidak memodifikasi peta-peta ini sama sekali. Beberapa map mendapatkan perombakan yang cukup signfikan dengan penambahan jalur ekstra untuk memastikan pertempuran yang lebih seimbang dan dinamis antara para CT dan Teror. Beberapa elemen sederhana seperti kotak / drum yang biasa digunakan untuk melakukan cover dan camping kini digeser, dihapus, dan ditambahkan. Namun pada dasarnya, map-map ini tetaplah menjadi map pertempuran ikonik yang sudah lama Anda kenal.
Salah satu yang membuat kesan ini begitu kentara adalah hadirnya berbagai map klasik yang tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar gamer CS klasik. Valve juga menyuntikkan beberapa modifikasi setting untuk menghasilkan pertarungan yang lebih seimbang dan dinamis. Tidak hanya map, mekanisme gameplay yang ditawarkan juga masih datang dengan sensasi CS klasik. Tidak ada iron sight, Anda tetap hanya mengandalkan crosshair yang ada.
Kesan nostalgia dari CS: GO juga tidak hanya didapatkan dari berbagai map ikonik yang tetap disertakan di dalamnya, tetapi dari mekanisme gameplaynya sendiri. Valve tampaknya bersikukuh untuk mempertahankan identitas seri terbaru ini sebagai sebuah game Counter-Strike yang pernah kita kenal dan tidak tertarik untuk memberikan perombakan signifikan untuknya. Tidak ada usaha untuk menjadikannya sebagai “clone” untuk game-game military shooter yang sedang populer saat ini. Anda masih akan menemui cara bertempur yang sama: membeli senjata di awal permainan dan kemudian bergerak untuk membunuh tim lawan dan mencapai misi masing-masing dalam cara yang klasik. Senjata yang Anda pegang juga akan menawarkan “cita rasa” yang sama, dengan sistem recoil yang serupa dan cara penggunaan yang sama. Bagi Anda yang berhadap ia akan datang dengan ironsight seperti halnya game FPS yang lain, Anda terpaksa harus kecewa. CS: GO tetap menuntut Anda untuk mengandalkan crosshair di depan mata, dan beberapa zoom up untuk senjata tertentu. It’s still the same old Counter Strike that we know!

Review DOTA 2: Versi yang Lebih Keren Dari Moba Lainnya


Sebuah mod yang berhasil menarik hati jutaan gamer di seluruh dunia, Defense of The Ancients (DOTA) memang menjadi fenomena tersendiri. Mengubah mekanik awal yang ditawarkan oleh Warcraft III, IceFrog menyuntikkan sensasi RPG yang lebih kental dengan membawa pertempuran hero sebagai fokus utama. Tidak lagi harus dipusingkan dengan strategi membangun unit, gamer kini dibawa dalam mode PvP yang cepat, intens, dan pastinya – memacu adrenalin. Berfokus membangun karakter dengan perannya masing-masing dan memainkan peran terbaik dalam pertempuran tim, DOTA bahkan diakui sebagai salah satu game kompetitif yang seringkali dipertandingkan di kancah internasional. Tidak salah jika Valve tertarik untuk mengakuisisi nama yang satu ini.
Perjalanan akuisisi Valve atas nama DOTA memang bukan perkara mudah. Sempat mengalami konflik dengan Blizzard sebagai pemilik Warcraft III, perseteruan ini untungnya berakhir damai. Valve berkesempatan untuk terus melanjutkan terus proyek ambisius ini, menawarkan berbagai modifikasi di sisi visual dan tentu saja mekanik gameplay yang lebih seimbang. Memasuki proses beta dan berhasil menjaring ratusan ribu gamer selama proses ini, Valve akhirnya siap untuk keluar dari fase yang satu ini. Setahun sejak rilis betanya, Valve akhirnya secara resmi merilis DOTA 2 secara bebas kepada publik. Sembari memastikan proses peralihan ini tidak akan mengganggu pengalaman mereka yang sudah masuk ke dalam masa beta, DOTA 2 akhirnya terbuka bagi setiap gamer lewat sistem F2P yang ia usung.
Mengingat masa beta yang sudah berakhir dan eksistensinya sebagai sebuah game resmi yang terbuka secara komersil, ini menjadi momen yang tepat bagi JagatPlay untuk melemparkan beberapa impresi yang sempat kami tangkap, tentu saja – selama setahun terakhir ini. Apa saja yang berubah? Menjadi lebih baik atau lebih buruk? Atau ia masih belum mampu menundukkan popularitas DOTA pertama?

Beradaptasi dengan Sisi Visual yang Baru


Urusan hak dagang atas nama memang memaksa Valve untuk melakukan beberapa penyesuaian, mengingat versi pertama DOTA memang dibangun dari model karakter dari beberapa game ikonik Blizzard – dari Warcraft III hingga Starcraft. Untuk memastikan game MOBA teranyar mereka ini tidak terus melewati proses hukum, Valve akhirnya mengubah beberapa aspek yang signifikan, terutama di sisi kosmetik.
Salah satu yang paling signifikan adalah perubahan model karakter yang digunakan. Walaupun hadir dengan model karakter yang jauh berbeda dengan lebih halus, Anda tetap dapat menemukan beberapa ciri utama karakter yang tetap dipertahankan dari seri pertamanya. Konsep ini mempermudah para gamer DOTA pertama untuk menyesuaikan diri dengan cepat, terutama mereka yang belum familiar dengan desain baru hero yang ada.  Tidak hanya dari model  karakter, Valve juga menyuntikkan nama yang lebih “umum” untuk mencegah permasalahan lebih jauh.
Perubahan visualisasi ini juga diterapkan untuk beragam desain item dan persenjataan yang ditawarkan di toko. Memang butuh waktu lebih lama bagi para gamer pendatang baru ataupun mereka yang sempat mencicipi DOTA pertama untuk menguasai aspek ini lebih dalam. Tidak hanya sekedar mempelajari desain item dan resep yang untungnya, sedikit terbantu dari penjelasan yang tetap disertakan ketika Anda melakukan hover di setiap item yang ada, Anda juga mulai harus menghafal kembali lokasi item yang kini ditempatkan dalam pengakategorian yang berbeda. Setiap hero juga akan hadir dengan rekomendasi item untuk memaksimalkan kemampuan terbaiknya, membantu para pendatang baru untuk lebih dapat menguasai game ini dengan lebih cepat.


Perubahan visualisasi berarti juga berpengaruh langsung pada animasi gerak setiap karakter yang ada. Tidak berpengaruh besar bagi para pemain DOTA yang baru, namun perubahan animasi ini akan memaksa para pemain veteran untuk menyesuaikan ritme gameplay kembali. Sementara mereka yang tumbuh besar bersama dengan game MOBA yang lain, DOTA 2 mungkin akan terasa lebih lambat. Mengapa animasi sangat signifikan? Karena animasi gerak dan serangan akan sangat menentukan seberapa baik Anda tampil dalam DOTA 2. Anda menjadikanya sebagai pondasi untuk melakukan creeping yang efektif dan tentu saja, melakukan kombinasi skill yang lebih mumpuni.
Valve mungkin menyempurnakan sisi visual  untuk DOTA 2 untuk memastikan seri ini mampu tampil dengan teknologi dan kualitas yang lebih terkini. Namun di sisi lain, kehadiran fitur ini tentu saja memaksa gamer untuk melakukan beberapa penyesuaian penting – terutama mereka yang sempat mencicipi DOTA pertama. Sementara bagi para pendatang baru di genre MOBA dan menjadikan DOTA 2 sebagai pilihan pertama dan hadir tanpa pengetahuan, perubahan di sisi visual ini tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Preview Asphalt 8 Airborne – The Ultimate Action Racing Buat Smartphone

Saya akan membuka preview Asphalt 8 Airborne dengan kesimpulan ini “Asphalt 8: Airborne adalah seri Asphalt paling fun dan mempunyai banyak sekali element action, hampir seperti sedang bermain di film action racing”. Asphalt merupakan game racing, semua orang tahu itu namun pada seri terbarunya ini saya merasakan adanya sedikit pergeseran genre. Asphalt 8 tidak lagi 100% racing namun sudah melibatkan berbagai elemen action, bisa dibilang 70% racing dan 30% action.
Secara core gameplay Asphalt 8 tidak terlalu jauh berbeda dibanding dengan Asphalt 7. Kamu bisa memainkan mode single player yang terbagi atas 8-session dimana setiap session mewakili seri Asphalt sebelumnya. Setiap session terbagi atas beberapa event, biasanya 9 sampai 12 event dan menggunakan map yang ada dalam game Asphalt seri tersebut. Contohnya di session 7: Heat kamu akan bermain di map yang benar-benar ada di game Asphalt 7.
Asphalt 8 Airborne Preview | Screenshot 1
Setiap event membutuhkan kelas mobil yang berbeda, jadi kamu tidak bisa menggunakan mobil cepat di event balapan mobil lambat. Jumlah mobilnya juga terbilang banyak dan ada beberapa yang baru seperti Bugatti Vitesse 2013 atau Agera R 2013. Setiap mobil bisa kamu upgrade dengan berbagai komponen baru dan juga berganti warna, namun sayangnya tidak ada kustomisasi decal (yang mungkin juga sudah semakin jarang digunakan untuk mobil-mobil racing sekarang).
Saya akan lebih dalam di pengalaman racingnya karena tidak ada banyak perubahan dalam segi menu dan fitur. Di Asphalt 8 kamu akan mendapatkan 2 mode baru yaitu infection dan drift gate. Mode infection ini adalah salah satu mode yang paling menarik karena di sini kamu bisa memacu mobil kamu dengan full nitro selama 20-30 detik selama terkena infeksi. Kamu bisa memperpanjang durasi infeksi dengan menularkan/menabrak kepada mobil-mobil lain. Namun begitu waktu infeksinya habis maka kamu akan mengalami overload dan mobil akan terguling.
Drift gate sebenarnya merupakan modifikasi dari mode drift dari seri Asphalt sebelumnya namun kali ini kamu akan menemukan tempat-tempat khusus untuk melakukan drift, jadi tidak bisa seenaknya drift di tengah jalan.
Asphalt 8 Airborne Preview | Screenshot 2
Yang menarik dari seri Asphalt 8 ini adalah design tracknya yang jauh lebih solid. Detail lingkungan terlihat lebih hidup, contohnya di Tokyo yang dipenuhi dengan banyak bangunan dan lalu lintas vertical. Ini berarti kamu mungkin akan ditabrak dari lalu lintas yang berasal dari samping (perempatan jalan). Interaksi dengan berbagai object juga terasa lebih hidup, misalkan ada lawan yang menabrak tiang lampu maka tiang tersebut dapat jatuh ke jalan dan membuat mobil di belakangnya menabrak tiang tersebut.
Contoh lainnya yaitu ketika musuh di depan menabrak sebuah mobil truck panjang. Terkadang truck tersebut akan banting setir dan menjadi melintang di jalan, kamu dalam hitungan detik harus berhasil mengambil jalur lain untuk menghindari truck tersebut (persis seperti yang kamu sering lihat film). Penggunaan jalan singkat juga sudah jauh di optimisasi, sekarang pengambilan jalur bisa mempengaruhi hasil dengan cukup signifikan karena ada jalur yang benar-benar memutar dan jauh. Hebatnya lagi, ketika ada sebuah jalur pintas dan kamu ambil maka kamu akan menemukan cabang lagi di jalur pintas tersebut.
Asphalt 8 Airborne | Preview Screenshot 3
Intinya akan ada banyak jalur yang bisa diambil dalam game ini dan itu membuat gameplaynya semakin mantap. Pemilihan jalur bukan lagi berfungsi sebagai jalur pintas sementara namun menjadi sebuah pemilihan yang penting dan mempengaruhi hasil lomba.
Sejauh ini Asphalt 8 berhasil memukau saya dengan segala fitur dan peningkatan grafis yang disediakan. Memang gamenya semakin tidak realistis namun semakin fun dengan berbagai actionnya. Bermain Asphalt 8 tidak seperti memainkan game racing biasa, namun lebih seperti bermain dalam sebuah adegan film racing bioskop yang sangat seru.
Banyak yang menanyakan bagaimana Asphalt 8: Airborne jika dibandingkan dengan Real Racing 3. Menurut saya kedua game ini tidak bisa dibandingkan dan justru saling melengkapi. Kualitas grafis jika diukur dari tingkat realistisnya maka Real Racing 3 masih jadi juara, namun Asphalt 8 mampu memberikan variasi track racing yang jauh lebih menarik terutama ketika berada di kota dengan level detail yang baik.
Asphalt 8 Airborne Preview | Screenshot 4
Real Racing 3 bagi saya adalah game yang membutuhkan waktu untuk menunggu dan kita harus hati-hati sekali agar tidak merusak mobil kita. Saya bukan tipe pengendara seperti itu, saya ingin bisa bermain kapan saja saya mau dan mengikuti mobil di depan saya secara hati-hati, menyalakan nitro, menabraknya tepat dari belakang dan mengatakan “Rasakan itu!”. So yeah Asphalt 8 bisa menjadi game racing yang lebih fun bagi saya dibanding Real Racing 3.
Asphalt 8 rencananya akan rilis tanggal 22 Agustus ini dengan harga Rp. 9.500 untuk iOS dan Android secara bersamaan. Jika kamu tidak membeli game ini tanggal 22 Agustus ini maka maaf kita tidak bisa jadi teman :D. Cheers!