Kamis, 13 September 2018

Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas



Oceanhorn: Monster of Uncharted Seas sengaja dipendam cukup lama sebelum review ini dibuat. Alasan utamanya adalah untuk memperkenalkan format baru review kami dan kedua agar saya benar-benar mendapatkan “feel” dari game ini.

Ini saya rasa penting karena game ini mendapat sorotan dari berbagai media sebagai kloningan Zelda sehingga dalam berbagai review (termasuk reviewini) Oceanhorn terus disejajarkan dengan Zelda. Menurut saya ini merupakan hal yang sebenarnya tidak adil namun sang developer tentunya sudah mengetahui resiko seperti ini semenjak mereka memutuskan untuk membuat game dengan tema Zelda.

Lalu bagaimana dengan Oceanhorn? Apakah ini kloningan dari Zelda? Dari segi gameplay iya, tapi dari segi kualitas konten keduanya masih berada dalam level yang berbeda (dengan Zelda yang lebih unggul tentunya).

Namun kali ini saya tidak akan banyak membandingkannya dengan Zeldakarena dua hal: Zelda tidak tersedia di mobile (yang berarti ini adalah gametermirip Zelda yang bisa kamu dapatkan) dan yang kedua karena developer game ini berhak mendapatkan review yang tidak dibayang-bayangi oleh game sebesar Zelda.

Gameplay

Oceanhorn dibuka dengan alunan musik yang slow dan sedikit sedih. Tidak lama setelah itu kamu pun akan melihat sebuah penggalan cerita dimana karakter utama kita yang sedang tidur ditinggal oleh ayahnya.

Kamu akan bangun keesokan harinya dan menemukan bahwa sang ayah telah pergi dan hanya meninggalkan kalung ibu kamu dan sebuah jurnal. Dari sini kamu akan mulai menjelajah dunia Oceanhorn yang luas dan mencari tahu alasan kepergian sang ayah. Ceritanya memang tidak terlalu menarik namun cukup sebagai modal awal dari game ini.


Oceanhorn bisa dibilang mengikuti pola gameplay Zelda dan juga ribuan game action adventure lainnya dimana kamu akan berbicara dengan NPC, melakukan eksplorasi, menyelesaikan puzzle, melawan musuh, naik level dan kembali berulang terus menerus. Namun semuanya dibuat dalam tahap kasual sehingga dapat dinikmati oleh semua golongan pemain. Saya bilang kasual karena baik puzzle dan sistem fighting dari game ini pun terbilang mudah dan tidak rumit.

Kamu biasanya hanya perlu menekan tombol untuk membuka sebuah platform atau puzzle ringan seperti mendorong box dengan urutan yang benar. Bagi pemain game action adventure hardcore, puzzle ini akan sangat terasa hambar. Kadang teka-teki yang ada sudah sangat jelas terlihat cara penyelesaiannya tetapi kadang perlu sedikit memutar otak.

Sistem pertarungannya pun terbilang cukup menyenangkan walaupun tidak pernah menjadi bagian penting dari game ini. Kamu akan diberikan tombol serang dan juga tombol bertahan. Seharusnya keduanya dapat digunakan secara taktikal namun cara terbaik untuk mengalahkan musuh adalah dengan memukul pertama kali dan terus menyerang sampai musuh mati.

Memang terkadang kamu harus menggunakan shield namun itu dalam kasus tertentu saja. Selain musuh biasa kamu juga tentu saja harus melawan boss. Tetapi saya merasa boss dalam game ini tidak terhitung sulit dengan catatan kamu mengetahui bagaimana cara boss tersebut menyerang dan memanfaatkan kelemahannya.


Desain map dan dungeon dalam game ini terbilang baik. Walaupun kamu bisa merasakan bahwa kotanya cukup kecil namun untungnya tidak dengan dungeon. Tidak seperti game mobile lainnya, dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear atau setidaknya tidak terasa linear. Kamu juga tidak akan menemukan terlalu banyak bagian dari game ini yang mengharuskan kamu untuk kembali ke titik awal hanya untuk membuka pintu setelah mendapatkan kunci di ujung map/dungeon yang mana sangat saya benci.

Tidak seperti game mobile lainnya dungeon dalam game ini dibuat dengan lebih luas dan non-linear.

Eksplorasi kota juga sebenarnya cukup menyenangkan. Kamu dapat melihat bahwa lingkungan tidak dibuat dalam sebuah tingkatan yang sama, kamu akan selalu menemukan tangga atau turunan dan berbagai jalan tikus.

Sepanjang waktu kamu akan dibuat bertanya-tanya bagaimana saya mencapai tempat tersebut padahal nampaknya tidak ada jalan sama sekali. Di sinilah kamu akan dipaksa oleh game ini untuk menjelajah setiap tempat dan mencoba berbagai macam cara mulai dari memasang bom sampai dengan menebas secara gila-gilaan dan berharap sesuatu terjadi.

Hal inilah yang membuat saya kembali merasakan nostalgia dengan tipe-tipe game zaman dulu yang kurang lebih mempunyai pola yang sama dengan Oceanhorn. Tidak ada yang namanya point biru menyala dalam map yang akan memberitahukan kamu harus kemana atau waypoint. Semua harus kamu cari tahu dan jelajah sendiri. Walaupun sebenarnya cukup jelas jika kamu benar-benar menyimak jalan cerita gamenya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar