Anda tidak bisa disebut sebagai
seorang PC gamer jika belum pernah memainkan Counter-Strike sebelumnya. Mod
dari franchise game FPS fenomenal Half-Life dari Valve ini memang harus diakui
fenomenal. Tidak hanya muncul sebagai standar untuk game-game military shooter
yang lahir setelahnya, Counter Strike juga lahir sebagai salah satu game
kompetitif level professional yang paling sering dipertandingkan di masa lalu.
Popularitasnya memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan sempat membuat
industri game centre Indonesia kembali bergairah karenanya. Kini setelah
penantian yang cukup lama setelah versi terakhirnya – Source, Valve akhirnya
merilis seri terbaru – Counter Strike: Global Offensive.
Counter Strike – Global Offensive
sendiri tetap dibangun dengan menggunakan engine Source, namun dengan versi
yang sudah lebih disempurnakan. Hal ini tentu saja membuatnya datang dengan
visualisasi yang boleh dikatakan setara dengan franchise game serupa yang
dirilis saat ini, dengan desain karakter dan setting yang juga lebih baik.
Uniknya, bagi para gamer yang sempat mencicipi game ini di masa lalu, kehadiran
seri terbaru ini tidak lantas membuatnya berbeda dan “asing”. Kami bahkan sempat
mengutarakannya di preview kami sebelumnya, bahwa untuk sebuah alasan yang jelas dan kuat,
Counter-Strike: Global Offensive ini justru akan lebih meninggalkan kesan
nostalgia yang lebih kentara dibandingkan terasa menikmati sebuah game yang
benar-benar baru. Semua elemen baru yang ia tawarkan seolah didesain untuk
memperkuat hal tersebut.
Lantas, bagaimana performa Counter
Strike: Global Offensive? Apakah Valve mampu meracik seri terbaru ini dengan
sensasi yang membuatnya lebih sempurna dibandingkan seri-seri Counter Strike
sebelumnya? Atau ia akan tampil sebagai sebuah blunder yang fatal? Review ini
akan mengupas CS: GO lebih dalam untuk Anda.
It’s
Still the Same Old Counter-Strike!
Mengapa kita tidak membicarakan plot
tentang game yang satu ini seperti review-review game lain yang sempat dirilis
oleh Jagat Play di masa lalu? Karena pada dasarnya, Valve tidak memuat mode
single player dengan basis cerita untuk Counter Strike: Global Offensive (CS:
GO) sama sekali. Ia dihadirkan sebagai sebuah game MMOFPS, yang lebih berfokus
pada pengalaman multiplayer yang kompetitif. Mekanisme gameplaynya sendiri
tidak banyak berbeda dibandingkan seri-seri Counter Strike sebelumnya, dimana
Anda akan berperan sebagai Counter-Terrorist maupun Terrorist dan terlibat
dalam sebuah perang epik untuk memastikan kemenangan kubu masing-masing. Map
yang disediakan juga masih akan datang dengan misi uniknya masing-masing,
walaupun sebagian besar berkisar seputar bomb detonation dan hostage
rescue.
Satu yang unik dari CS: GO, terlepas
dari tampilannya yang kini berubah jauh lebih baik, ia masih memancarkan aura
CS klasik yang begitu kental. Jika Anda pernah memainkan seri CS di masa lalu,
maka Anda akan langsung mendapatkan perasaan familiar yang begitu kental ketika
memainkan seri terbaru ini. Apa sebab? Kehadiran beberapa map ikonik di masa
lalu mungkin menjadi salah satu elemen yang akan meninggalkan kesan pertama
tersebut kepada Anda. Map-map klasik seperti Dust, Dust 2, Italy, Inferno,
Train, hingga Aztec dihadirkan dengan bentuk rancang yang masih sama, seperti
yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, bukan berarti Valve tidak
memodifikasi peta-peta ini sama sekali. Beberapa map mendapatkan perombakan
yang cukup signfikan dengan penambahan jalur ekstra untuk memastikan
pertempuran yang lebih seimbang dan dinamis antara para CT dan Teror. Beberapa
elemen sederhana seperti kotak / drum yang biasa digunakan untuk melakukan
cover dan camping kini digeser, dihapus, dan ditambahkan. Namun pada dasarnya,
map-map ini tetaplah menjadi map pertempuran ikonik yang sudah lama Anda kenal.
Kesan nostalgia dari CS: GO juga
tidak hanya didapatkan dari berbagai map ikonik yang tetap disertakan di
dalamnya, tetapi dari mekanisme gameplaynya sendiri. Valve tampaknya bersikukuh
untuk mempertahankan identitas seri terbaru ini sebagai sebuah game
Counter-Strike yang pernah kita kenal dan tidak tertarik untuk memberikan
perombakan signifikan untuknya. Tidak ada usaha untuk menjadikannya sebagai
“clone” untuk game-game military shooter yang sedang populer saat ini. Anda
masih akan menemui cara bertempur yang sama: membeli senjata di awal permainan
dan kemudian bergerak untuk membunuh tim lawan dan mencapai misi masing-masing
dalam cara yang klasik. Senjata yang Anda pegang juga akan menawarkan “cita
rasa” yang sama, dengan sistem recoil yang serupa dan cara penggunaan yang
sama. Bagi Anda yang berhadap ia akan datang dengan ironsight seperti halnya
game FPS yang lain, Anda terpaksa harus kecewa. CS: GO tetap menuntut Anda
untuk mengandalkan crosshair di depan mata, dan beberapa zoom up untuk senjata
tertentu. It’s still the same old Counter Strike that we know!